DESPICABLE ME 2

Despicable Me 2

Despicable Me 2 memang tidak sebaik film pertamanya. Namun, film produksi Illumination Entertainment ini tetap menawarkan keceriaan dan humor yang membuat Anda terbahak-bahak, serta sesekali diselipkan family values yang membuat film ini terasa hangat.
Film pertamanya yang dirilis pada tahun 2010 menjadi sebuah sukses tak terduga dari studio yang masih relatif baru, tentu saja bila dibandingkan dengan Disney, Pixar, ataupun DreamWorks yang sudah punya sejarah animasi lebih lama.
Yang membuat Despicable Me sukses kala itu adalah bahwa ceritanya mengambil pendekatan tak lazim yang biasanya dilakukan oleh film animasi lain. Alih-alih menyuguhkan formula from zero to hero, Despicable Me justru mengangkat tema villain to hero, tokoh utamanya merupakan penjahat kawakan yang insyaf dan menemukan kebaikan, sehingga lalu berubah menjadi pahlawan.
Pendekatan tersebut di atas, ditambah dengan karakter animasi yang unik, membuat film pertamanya menjadi segar. Timing komedi, yang kebanyakan hadir dari kekonyolan karakter "manusia" dan para minions yang menggemaskan, menjadi nilai tambah yang membuat filmnya digemari baik oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Gru berpakaian peri di pesta ulang tahun Agnes (Courtesy of Universal Pictures)
Despicable Me 2 tetap mempertahankan unsur komedinya, yang sekali lagi kebanyakan datang dari aksi para minions imut nan lucu berwarna kuning, serta hobi mengkonsumsi pisang ini. Sejatinya memang itulah fungsi dari para minions, sesuai dengan arti kata mereka yang berasal dari Bahasa Perancis, mignon (dibaca mee-nee-ont), yang berarti lucu atau menggemaskan.
Lewat suara yang khas dalam menggumamkan bahasa Inggris dengan pelafasan dan suara jenaka, serta bertingkah laku seenaknya, para minions yang berwujud serupa tersebut bisa membuat Anda terbahak-bahak.  Fungsi para minions sebagai pembantu dan pekerja karakter Gru (disuarakan Steve Carrell), tetap dipertahankan.
Ya, Gru tentu saja kembali bersama tiga anak asuhnya, Margo (Miranda Cosgrove) yang semakin dewasa, Edith (Dana Gaier) si tengah yang tomboy dan badung, serta si bungsu nan lucu Agnes (Elsie Fisher), yang kini menjadi sebuah keluarga harmonis.
Gru sekarang bukan lagi penjahat yang terobsesi menjadi pencuri bulan. Ia kini menjadi sebuah pria dewasa penyayang keluarga dan beralih profesi sebagai pengusaha jelly dan selai. Gru berusaha menjadi yang terbaik untuk tiga anak asuhnya, bahkan menjadi peri baik hati demi pesta ulang tahun Agnes.
Dr. Nefario (Russel Brand), pun kembali. Ilmuwan berlogat Inggris kental yang bak Q dalam serial James Bond ini, tidak lagi bertugas menciptakan senjata untuk aksi jahat Gru. Nefario, bersama para minions, bertugas menciptakan mesin pembuat selai dan jelly (yang seharusnya) enak, meskipun para minions pun memuntahkan produk ciptaannya.
Nefario tak bahagia dengan  keadaan terbalik ini. Ia sesungguhnya merindukan aksi kejahatan menempuh bahaya, seperti yang dilakukan Gru dahulu. Namun, Gru meyakinkan bahwa hidupnya sekarang berubah dan memproduksi selai, serta jelly adalah pilihan terbaik.
Namun, godaan Gru untuk kembali beraksi tidak lantas berhenti sampai di sini. Munculnya seorang penjahat yang beraksi menggunakan kapal magnet dan lalu mencuri sebuah serum berbahaya, membuat sebuah organisasi bernama Anti-Villain League (AVL) atau liga anti kejahatan, membutuhkan seseorang dengan track record kejahatan seperti Gru untuk menangkap si penjahat.
Tidak ada yang lebih baik dari penjahat yang berhasil mencuri bulan, bukan?
Lantas bertemulah Gru dengan sosok pemimpin AVL bernama lucu, Silas Ramsbottom (Steve Coogan) bersama asistennya seorang wanita slebor, bernama Lucy Wilde (Kristen Wiig). Gru dan Wilde lantas mendapat informasi bahwa sang penjahat bermukim di sebuah pusat pertokoan (mall) dan menyamar sebagai salah satu pemilik toko.
Misi tersebut harus berhasil, karena sang penjahat menyimpan sebuah serum yang bisa mengubah suatu spesies menjadi sebuah mesin pembunuh berbahaya. Gru dan Wilde pun menemukan beberapa tersangka, di antaranya pedagang masakan Meksiko bernama Eduardo Perez (Benjamin Bratt) dan pedagang wig berbangsa Jepang, Flyod Eagle-san (Ken Jeong).
Gru mencurigai bahwa Perez adalah El Macho, seorang penjahat yang mempunyai reputasi menakutkan pada masa lalu. Belum lagi Gru menemukan jawaban, sang putri tertua-Margo, justru jatuh kasmaran dengan Antonio Perez (Moises Arias) yang notabene putra dari Eduardo.
Masalah Gru bertambah berat, saat satu persatu para minions-nya ditangkap oleh sang penjahat, untuk dijadikan kelinci (atau minion?) percobaan yang nantinya akan melawan balik Gru.  Belum lagi Dr. Nefario yang berhenti bekerja dengannya, demi bekerja dengan orang lain.
Lalu terpaparlah kejadian-kejadian spinonase, kejar-kejaran dan juga adegan romantis yang kocak dan mengundang tawa selama durasi kurang lebih 1,5 jam.
 
Gru dan Lucy Wilde (Courtesy of Universal Pictures)
Despicable Me 2 sebenarnya merupakan cerita keluarga, yang diselipi dengan bumbu-bumbu spionase ala James Bond. Sebuah keluarga belum lengkap bila tanpa kehadiran seorang ibu, bukan?
Di sinilah fungsi lain dari karakter Wilde (Kristen Wiig) yang dianggap, setidaknya oleh Agnes dan para minionsi, sebagai sosok yang tepat untuk Gru. Karakter Wilde dihadirkan untuk membawa kehidupan Gru ke tingkat yang lebih lanjut, di mana ia menjadi kepala keluarga yang sempurna.
Karakter Wilde sendiri merupakan pengejawantahan karakter Kristen Wiig. Gerak tubuh, tindakannya yang slebor, hingga caranya mengucapkan dialog sangat lekat dengan karakter Wiig di Bridesmaids ataupun acara sketsa populer Saturday Night Live.
Kehadiran Wilde, bersama Eduardo Perez dan Flyod Eagle-san, melengkapi koleksi karakter konyol demi menciptakan nuansa humor slapstick yang bertebaran di sana-sini.
Ya, Despicable Me 2 menawarkan lebih banyak adegan slapstick ketimbang film pertamanya. Naskah garapan Cinco Paul dan Ken Daurio yang juga menggarap naskah film pertamanya, memberikan ruang besar untuk terciptanya humor slapstick dan dialog yang menyerempet ke humor dewasa.
Bagaimana tidak, di Despicable Me 2 adegan jatuh dari ketinggian, memukul kepala, menyesakkan tubuh ke bagasi mobil, hingga dialog menertawakan nama Ramsbottom yang berkonotasi "pantat" menjadi lebih marak di sini. Pada satu titik, adegan dan dialog tersebut sebenarnya kurang pantas untuk audiens anak-anak.
Belum lagi maraknya karakter yang membuat Despicable Me 2 terdiri atas beberapa sub-plot, yang membuat film ini menjadi lebih riuh dari film sebelumnya. Diiringi dengan banyaknya montage dalam film ini, membuat informasi berjalan dengan cepat.
Hal tersebut lantas membuat penonton teringat akan gaya komedi animasi serial Looney Tunes, yang penuh dengan karakter "gila" dan humor slapstick, ditambah dengan lelucon berbau rasis.
Pada satu titik, pace cepat dan banyaknya humor slapstick dalam Despicable Me 2, membuat film ini terasa "lebih Amerika" dibandingkan film pertamanya. Film ini juga membuat kehilangan rasa "orisinalitas" yang diusung film pertamanya. Tidak ada lagi tema villain to become a hero atau memanusiakan penjahat seperti film pertamanya.
Namun untungnya duo sutradara, Pierre Coffin dan Chris Renaud, masih sadar akan kekuatan film pertamanya di segi penempatan waktu (timing) komedi yang tepat, sehingga membuat slapstick dan berbagai dialog humor menjadi efektif.
Beberapa adegan komedi, seperti saat Dr. Nefario yang lamban atau polah nakal para minions masih dipertahankan. Humor yang menertawakan tingkah sok cool Gru pun masih ada. Dan unsur komedi tersebut diselang-seling dengan berbagai adegan drama yang membuat nilai keluarga di Despicable Me 2 menjadi bersahaja.
Coba tengok adegan saat Gru berdialog dengan Agnes, sembari mereka duduk di tangga depan rumah di tengah hujan, membuat penonton merasakan hubungan ayah-anak. Pun saat Gru dan Margo yang sama-sama nelangsa akibat cinta, membuat film ini berhasil menggugah rasa simpati.
Kekuatan drama itu ditunjang pula oleh para pengisi suara yang pas memerankan karakter masing-masing. Ada pertautan emosi, yang juga terasa di film pertamanya dan membuat film ini cukup seimbang.
Para Minions (Courtesy of Universal Pictures)
Despicable Me 2 juga menyelipkan berbagai referensi dan penghormatan, serta parodi beberapa film dan lagu. Saat Gru jatuh cinta dimana ia bersenandung dan menari, mengingatkan akan adegan karakter Joseph Gordon-Levitt  di film 500 (Days) of Summers.
Atau desain motor Gru yang mengingatan akan desain batpod di The Dark Knight.
Despicable Me 2 juga menyelipkan berbagai referensi lagu, seperti lagu La Cucaracha, lagu tradisional rakyat Meksiko yang dulu sempat dinyanyikan oleh Ira Maya Sopha di tahun 1978 dan berganti dengan judul Sepatu Kaca. Melodi La Cucaracha terdengar saat Gru mencoba memecahkan kata sandi ruang rahasia karakter Eduardo Perez.
Juga terdapat parodi lagu I Swear milik All for One yang dinyanyikan secara jenaka oleh para minions dan berganti judul menjadi Underwear. Serta terdapat "penghormatan" kepada lagu dansa tahun 1979, Y.M.C.A yang dahulu dibawakan oleh kelompok Village People.
Tentu saja bintang dari setiap Despicable adalah para minions. Setiap tingkah polah Dave, Stuart dan kawan-kawan (meskipun sulit membedakan masing-masing dari mereka) mampu menimbulkan gelak tawa yang membahana.
Keimutan dan tingkah polah para minion-lah yang menjadi aphrodisiac dan magnet penonton film ini. Ada sedikit rasa sebal saat Gru seolah tak peduli dengan hilangnya para mahluk lucu berwarna kuning ini.
Seperti yang dijelaskan di awal resensi, Despicable Me 2 merupakan film animasi yang ditujukan untuk membuat penonton tertawa lepas dengan segala tingkah polahnya. Di saat film animasi-animasi dan adaptasi komik/novel rilisan tahun ini yang cenderung "lebih serius" secara tema dan cerita, kehadiran Gru dan para minions seolah menjadi pelepas penat yang pas disaksikan bersama teman atau keluarga.
Despicable Me 2 memang tidak "seorisinal" yang pertama, tapi tidak bisa disangkal kehadirannya tetap membuat ruangan bioskop dipenuhi gelak tawa membahana.

Courtesy of Universal Pictures
Film ini berpeluang meraup untung besar di box-office, karena cakupan segmentasi yang luas. Tentu saja ini akan berimbas pada munculnya berbagai film lanjutan. Bila boleh sedikit mengharap, akan sangat menarik bila di sekuelnya nanti kisah para minions akan lebih diangkat. Karena memang merekalah bintang utama.
Bagaimana dengan presentasi 3D-nya?
3D-nya memberikan kedalaman tekstur karakter animasi, sehingga terkesan nyata. Tetapi memang bukan tipikal film animasi 3D yang "keluar" dari layar setiap saat. Namun, seperti di film pertamanya, pada end-credit scenes ada tiga minions lucu yang melakukan atraksi seolah-olah keluar dari layar yang membuat Anda ingin menyentuh mereka.
Selepas melepas kacamata 3D, Anda kemungkinan akan meminta lebih dan juga ingin mengoleksi boneka para minions yang lucu dan bertekstur lembut bak marshmallow itu.


0 komentar to "DESPICABLE ME 2"

Posting Komentar

About This Blog

Web hosting for webmasters